SAJAK DUA TAHUN BELAKANGAN
#1
Mencintaimu harus menjadi seutuhnya seorang penyabar
Mencintaimu harus menjadi seutuhnya seorang berhati besi
Mencintaimu harus menjadi seutuhnya seorang sakit jiwa
Mencintaimu harus seutuhnya,
Tak kuizinkan setengah-setengah.
#2
Maaf, apa katamu tadi?
Aku tak dengar.
Kamu terlalu candu, kasih.
aku tenggelam pada sorot matamu,
hanyut dilengkung senyummu,
terpana setiap kali kau bicara.
Jika kau ingin aku fokus hanya mendengarmu, boleh aku punggungi saja kamu?
Sungguh, aku mabuk dibuatmu.
#3
Merengkuhmu adalah aktivitas terakhir yang ingin kulakukan
Berada dalam pelukmu adalah tempat teraman sekaligus ternyaman yang pernah kurasa
Relung hatimu adalah satu-satunya celah yang ingin kuisi
Pada pundakmu kurebahkan kepala beserta segala rasaku
Genggamanmu adalah satu cara ampuh menahanku
Dan aku tak pernah ingin beranjak barang semeterpun darimu
#4
"Selamat pagi" sapaku,
Dengan sisa-sisa rindu setelah pertemuan semalam.
#5
Mari berjumpa
Untuk sekedar bercerita tentang sarapanmu pagi tadi,
atau makananmu sore tadi,
tentang kekesalanmu seharian ini,
atau hal-hal baru yang kau pelajari,
tentang siangmu yang kegerahan,
atau tentang bagaimana langit malam ini,
tentang apapun itu.
jangan diam saja.
jangan sisakan tanya yang menggantung diakhir pertemuan.
atau mungkin boleh saja,
sebagai alasan jumpa dilain hari
aku senang menghabiskan waktu denganmu dan mendengarmu bercerita kepadaku.
#6
Tak perlu seluruhmu
Pinjami saja aku jiwamu
karena aku terbiasa tanpa ragamu
Pinjami aku jiwamu
Untuk tidak kukembalikan
Pinjami aku jiwamu
Sebab ia terasa seperti rumah
walau aku ingin kau utuh
Tapi jika tak mungkin, pinjami saja aku jiwamu, untuk tidak kukembalikan.
#7
Kasih, aksaramu begitu rumit,
semestamu kadang tak kumengerti,
dan tak kau upayakan jelas untukku,
apalagi yang bisa kupahami jika setiap celahmu kau tutup?
#8
Kau kacaukan nalarku dengan ketiadaan
Kau biarkan aku dengan seribu tanya yang menjelma menjadi kesia-siaan
Kau bekukan waktu hingga aku jengah
Juga kau samarkan jejakmu, dan aku tersesat.
#9
Lenggangnya malam tak sedikitpun mendistorsi
Sekelumit ingatan tiada jengah menginvasi
kompleksitas diantara ketenangan.
Aku mungkin akan dikatai terkutuk bila masih menyangkal bahwa kau adalah suaka bagi jiwaku,
Pelabuhan bagi seluruh asaku.
Maka ku akui aku menginginimu.
Tapi genggammu tak lagi erat untuk menjagaku,
berhenti menautkan harap adalah opsi paling bijak yang dapat kupilih.
Aku berhenti. Tak ingin didikte lebih lama lagi oleh hati.
#Penutup
Kutanya pada lembayung senja "siapa itu yang memunggungi bakal rembulan?"
"Stttt, diam" tegurnya. "Dia telah purna dalam merindu".
Aku mengangguk paham.
"Dia sudah Bahagia"
Gila ya, benar" super sekali tulisannya, kagum banget ❤️
BalasHapusWkwk kalo kata Bang Rafi” “peres dah ni”
HapusSukakkkkk ❤
BalasHapusAnjay kok keren
BalasHapus