EARL DAN VISCOUNTESS
Sesungguhnya apa yang telah kau tulis? Bagaimana bisa jejeran aksara ini membentuk kalimat-kalimat sebegini indahnya. Memukau dan menarik atensiku seharian ini. Sastra saja sudah sanggup menenggelamkanku, dan sekarang itu diciptakan olehmu. Setiap bait hanya mengantarkanku pada decak kekaguman. Setiap kalimat membimbingku pada imajinasi seolah berada didunia yang kau maksud. Apa kau berniat membawaku kesana? Aku pikir aku akan sangat senang jika sungguhan berada disana. Memandangi rumah-rumah bergaya victorian tahun 1898 dengan tatanan arbovitae yang sempurna di pekarangannya dan sejumlah delphinium yang ditata rapi oleh penjaga taman rumah-rumah itu. Menyusuri jalanan sempit yang diapit pepohonan dan bangunan-bangunan megah dengan interior mewah dan jendela-jendela kaca patri di kiri dan kanan jalan. Yang jika ku berjalan sedikit lebih jauh, maka akan ku jumpai ladang anggur atau ladang gandum, dan tidak jauh dari situ ada Gereja kecil di kaki bukit dengan hamparan rumput hijau yang memuaskan pandangan dimandikan matahari sore keemasan yang remang-remang membelah rerumputan disepanjang jalan menuju kesana. Aroma yang menguar bersamaan dengan hembusan angin disore hari tak pernah mengecewakan bukan?. Ah, aku benar-benar berharap ada disana.
Kau harus tahu, aku benar-benar membaca setiap kata dengan hati terisi penuh oleh kepuasan, seakan diberi makan setelah dilanda musim kelaparan yang panjang. Biar ku beritahu, aku membaca setiap halamannya diiringi dengan alunan La Campanella gubahan Niccolo Paganini dan versi dari Franz Liszt, The Four Seasons gubahan Antonio Vivaldi, Butterfly Waltz gubahan Brian Crain, serta the Second Waltz gubahan Dmitri Shostakovich. Dan voilla, aku tidak hanya dikenyangkan, tapi juga disuguhi minum dari gelas-gelas berisi alunan musik yang mengisi celah-celah pertanyaan yang tak mampu tejawab oleh kognitifku. Kubiarkan tanda tanya menggantung disana, aku tak punya energi lebih untuk itu, aku hanya ingin melebur menjadi satu dengan tulisanmu. Dan semua alunan musik ini.
1898;
Earl, aku sungguh menikmati ini semua. Kau menyajikan semua yang terbaik di atas mejamu, dan aku dengan senang hati meneguknya satu persatu. Aku tidak ingin meminta kau berhenti memainkan jari-jarimu di atas tuts piano itu, bahkan jika bisa aku ingin menjadikannya abadi untuk diriku sendiri. Tapi aku juga sangat ingin kau menemaniku menikmati jamuan dimeja ini, jadi berhentilah dulu, habiskan waktumu bersamaku sebelum lonceng kuda terdengar dari arah pintu keluar pertanda keretaku telah datang menjemput. Viscountess ini tak tahu caranya mencuri hatimu dengan benar, tapi biarkan Ia mencoba. Dan satu pinta yang kumohon untuk kau kabulkan, biarkan aku membawa pulang buku ini, aku ingin merasa ada diduniamu terus menerus dengan membaca semua tulisan ini. Kau dan tulisanmu ini adalah salah satu hal terindah yang berkesempatan untuk aku singgahi. Terimakasih. Mari bertemu lagi lain kali. Jangan berhenti menemuiku. Mampirlah ke duniaku. Atau jemput aku, aku bersedia tinggal lebih lama disini bersama mu.
"Kemarin dulu, aku sudah membawa pulang banyak bintang dari matamu, tapi kau malah menyimpan lebih banyak lagi." ~ A L N W (OG)
Pesan seseorang di Tahun 1898 sembari menyusun bidak diatas papan catur miliknya “Jika kau memang sebegitunya menderita, temui saja dia. Berbicaralah.” Tidak ada yang salah dari menunjukan kesungguhan. [ekstensifikasi]
Komentar
Posting Komentar