A Little Bit of “Why Can’t We Force What We Believe on Anyone Else?”

Hidup di dimensi waktu yang sama tidak lantas menyamakan persepsi setiap orang.

Pada nilai dan ukuran contohnya,

Setiap orang punya nilai dan ukurannya masing-masing dalam menjalani kehidupannya.

Beberapa diantara kita mempercayai nilai yang sama dengan ukuran yang sama.

Beberapa dari kita mempercayai nilai yang sama dengan ukuran yang berbeda.

Beberapa lagi dalam konteks yang sama namun memiliki nilai yang berbeda dengan ukuran yang pasti juga berbeda dengan ukuran yang diterapkan oleh nilai lainnya. 


Ambil saja contoh nilai yang dipercayai bahwa seorang anak harus berbakti pada orang tua.

Untuk itu, beberapa orang menciptakan ukuran secara tidak langsung bahwa berbakti kepada orang tua harus dengan cara mengikuti semua yang dikatakan oleh orang tuanya.

Beberapa lagi memakai ukuran bahwa berbakti kepada orang tua tidak selalu berarti harus mengikuti perkataan orang tua, karena tidak selamanya yang dikatakan itu benar, melainkan ikuti ketika itu dirasa benar dan sesuai. 


Atau, mari kita buat dalam bahasa masa kini tentang sebuah hubungan, mengingat mungkin akan lebih mudah dimengerti dan dirasa relevan dengan apa yang dirasakan pemuda-pemudi pada masanya ini.

Sebagai contoh, nilai yang dipercayai dalam sebuah hubungan oleh pasangan adalah bahwa komunikasi itu penting.

Ukuran yang dipakai pasangan A, komunikasi dilakukan dengan berkirim pesan atau menelepon setiap hari, dan harus sedia setiap saat saat dihubungi.

Ukuran yang dipakai pasangan B, komukasi cukup dengan mengirim pesan dan menelpon ketika masing-masing memiliki waktu luang. 

Pasangan C mungkin memiliki ukurannya tersendiri lagi.

Pasangan D mungkin sama dengan ukuran yang dipakai oleh pasangan A atau pasangan B.

Pasangan E mungkin memiliki ukuran tersendiri tetapi juga sedikit megadopsi ukuran pasangan A atau pasangan B.


Yang pasti, walaupun percaya pada satu nilai yang sama, ukuran yang dipakai dapat berbeda-beda.

Tentu, apapun itu yang dipercayai merupakan akumulasi dari tiap-tiap faktor yang mempengaruhi. Entah itu pola pikir, kondisi psikologis, pengetahuan, pengalaman, kondisi lingkungan, peradaban, society, dan banyak hal lainnya yang tentunya dialami secara berbeda pula oleh masing-masing orang. 


Beberapa ukuran yang dipercayai tersebut lantas termanifestasi menjadi ekspektasi yang wajib terpenuhi. Jika tidak, maka nilai yang dipercayai dianggap gagal. 


We walk in different shoes, 


Dalam konteks ini, mungkin itu menjawab pertanyaan mengapa kita tidak bisa memaksakan apa yang kita percayai untuk orang lain percayai. 


Tapi selalu ada ruang kesepakatan, disana kita bisa bernegosiasi untuk tujuan tertentu ingin mempercayai nilai siapa, yang mana, dan dengan ukuran yang bagaimana, bersama. 


Selamat menjalani kehidupan dan menemui banyak nilai dan ukuran untuk diadaptasi dan dipilah. Hihi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Feeling That I Hope Will Last Forever

SAMPAI RAMBU BERIKUTNYA

SAJAK DUA TAHUN BELAKANGAN

EKSPEKTASI

EARL DAN VISCOUNTESS

BELAHAN BUMI BAGIAN MANA?

GENAP

ONCE YOU LET IT GO, YOU BETTER KNOW IT’S GONE

TERLENA